Cerita Sex: Mbak Mimi Penuh Gairah
Cerita Sex | Terbangun dari tidur sore itu… tidak membuat Jaka menjadi bugar, seperti layaknya orang bangun tidur. Bayangkan… 2 malam begadang di puncak gunung merapi. Sebagai anggota pencinta alam, kampusnya ditugaskan untuk mencari beberapa anak pelajar SMK pendaki yang hilang di gunung merapi. Cuaca buruk begini nekat mendaki gunung, kutuknya dalam hati. Di dekapnya kedua kaki mengusir dingin di atas bangku teras depan kosnya, cuaca hujan rintik-rintik.
Cerita Dewasa | Memang cuaca di bulan Desember membuat segalanya menjadi basah, termasuk beberapa pojakg celana jeans belelnya yang kemungkinan hanya di bulan Desember ini bertemu dengan yang namanya air, 2 pojakg CD pun ikut basah akibat dicucinya tadi pagi. Benar-benar hari yang menyiksa bagi Jaka, sudah dingin cuaca… tanpa CD pula. Sepojakg kain sarung yang lumayan kering cukuplah menghangatkan tubuh cekingnya sore itu.
Tempat kost Jaka cukup strategis, walaupun bangunan peninggalan Belanda, tetapi letaknya terpisah dari perkampungan, karena dikelilingi oleh tembok tinggi. Ibarat memasuki sebuah benteng pada jaman dahulu, letak kamar kos-kosan disekeliling bangunan utama yang di jadikan sekolah negeri.
Suasana sekitar kos-kosan memang sedang sepi… penghuninya banyak yang pulang kampung, maklum liburan Desember. Sementara sebagian kamar dijadikan asrama sekolah yang juga kosong ditinggal penghuninya liburan, praktis Jaka merasa sebagai penjaga kosan, umpatnya dalam hati.
“Mas… jamu mas…” sapa tukang jamu gendongan membuyarkan lamunan Jaka. “Eh embak… ujan-ujan ngagetin orang lagi ngelamun aja” sewot Jaka. “Masnya ini lho… ujan-ujan kok ngelamun… tuh jemuran gak diangkat…” tanya mbak jamu sambil berjalan menghampiri beranda di mana Jaka duduk. “Emang sengaja mbak… sekalian kena air” jawab Jaka sekenanya. “Lho… kan sayang udah di cuci tapi kehujanan” kata mbak jamu keheranan. “belum kok, belum di cuci” elak Jaka. “Lha… kok aneh” protes mbak jamu, “sekalian dicuciin sama ujan” saut Jaka. “Dah laku jamunya mbak? tanya Jaka di sela-sela gerimis. “Yah belum banyak sih, makanya mbok dibeli mas jamunya” pinta mbak Jamu memelas. “Emang jualan jamu apa aja sih mbak” selidik Jaka sambil membemii sarungnya. “Ya macem-macem, ada galian singset, sari rapet, kunir asem, sehat lelaki, pokoknya banyak deh, dan semuanya hasil meracik sendiri lho mas” bangga mbak jamu sembari membersihkan air di sekitar kaki dan kainnya. “Kalo badan pegel-pegel, jamunya apa mbak?” tanya Jaka, “Ada tolak angin” seru mbak jamu. “Ah… kalo aku biasa di kerokin mbak, kalo minum jamu doang kurang marem” kata Jaka. “Mbaknya bisa ngerokin saya?” goda Jaka, “Emang situ mau saya kerokin” kerling mbak jamu malu-malu. Jaka hanya tersenyum saja. “Ngomong-ngomong… namanya siapa sih mbak” tanya Jaka. “Saya Mimie mas” jawabnya tersipu. Kalo di perhatikan… manis juga nih cewek… mana putih lagi kulitnya, gumam hati Jaka. “Kalo mas siapa namanya?” tanya Mimie membuyarkan lamunan Jaka. “Saya Jaka mbak” jawab Jaka gugup. Keduanya bersalaman, gila… alus juga nih cewek tangannya, bathin Jaka.
“Gimana mas Jaka, mau saya kerokin?” tantang Mimie memancing. “Bener bisa ngerokin nih?” tanya Jaka antusias. “Boleh” jawab Mimie senyum. “Tapi jangan di sini ya, bawa masuk aja sekalian bakulnya mbak” kata Jaka sambil bangkit berdiri menyilahkan Mimie masuk ke dalam kos-kosan. “Wah kos-kosannya bagus ya mas, ada ruang tamunya segala, ini kamar siapa aja mas kok ada tiga? selidik Mimie sembari meletakkan bakulnya di pojok dekat bufet. “Kamar temen, cuman mereka pada pulang kampung, tinggal saya sendiri jaga kos” jawab Ajak. “Kamar mas Jaka sebelah mana” tanya Mimie, “Itu mbak, paling pojok, paling gelap” kata Jaka. “Ih ngeri ah… gelap-gelapan” goda Mimie genit. “Gak pa pa kok… aku dah jinak” canda Jaka sembari mengajak Mimie menuju ke dalam kamarnya. “Kok sepi mas?” selidik Mimie sembari melihat ke kiri kanan. “Rumah sebelah juga pulang kampung sekeluarga, makanya sepi” jawab Jaka. “Kamar mandinya di mana mas, aku mau cuci kaki dulu” tanya Mimie. “Itu di depan kamarku jawab Jaka sembari membereskan tempat tidurnya yang berantakan.
Jaka merebahkan badannya telungkup di atas kasur tanpa dipan, sementara Mimie mengambil minyak gosok serta uang benggol untuk kerokan. “Mbak, jangan pake minyak ah… aku gak tahan bau dan panasnya” cegah Jaka. “Trus pake apa dong mas? tanya Mimie bingung. Jaka berdiri menuju meja rias, diambilnya sebotol Hand Body dan di berikannya kepada Mimie. “Pake ini aja mbak.. wangi lagi” senyum Jaka. Kemudian Mimie mengambil posisi duduk di sebelah Jaka, disingkapkannya kain batik yg dikenakannya sehingga tampaklah betis mulus Mimie. Wah mulus juga, mana banyak bulu halusnya nih tukang jamu sorak hati Jaka. photomemek.com Tangan yang menempel di punggung Jaka juga dirasa lembut dan halus oleh Jaka. “Umurnya berapa mbak” tanya Jaka memecah keheningan mereka berdua. “Dua enam bulan besok mas” jawab Mimie. “Beda dua tahun di atas dong dengan saya” kata Jaka sembari meringis kesakitan. “udah rumah tangga mbak?” kejar Jaka. “Pisahan mas, suami saya kabur gak tanggung jawab” kata Gmimie. “Lho kenapa?” sambung Jaka penasaran. “Kecantol janda sebelah kampung” ungkap Mimie cuek. “Waduh… laki-laki bodoh tuh… sela Jaka sembarangan. “Emangnya kenapa mas?” penasaran Mimie. “Gimana gak bodoh, punya istri manis, putih dan sintal kayak gini kok di sia-siakan” rayu Jaka. “Ah… mas Jaka bisa aja” jawab Mimie masuk dalam perangkap Jaka, sembari mencubit pinggang lelaki itu. “Eh… geli ah mbak…” jerit Jaka sedikit mengelinjang. “Laki-laki kok gelian… ceweknya cantik tuh…” goda Mimie. “Nggak cuman cantik… tapi banyak juga mbak” sombong Jaka. “Huh… dasar… laki-laki…” cemberut Mimie. “Mbak… tadi jamunya apa aja?” tanya Jaka kemudian setelah adegan kerokan di punggungnya selesai. “Kalo buat kondisi mas Jaka sekarang… minum Sehat Lelaki” jawab Mimie, “Kasiatnya apa aja mbak?” kejar Jaka. “Selain ngilangin masuk angin, supaya badan gak lemes dan mudah loyo” jawab Mimie. “Mudah loyo…? maksudnya apa…? tanya Jaka kemudian. “Ih masnya ini lho… kayak gak tau aja…” jawab Mimie malu-malu. Jaka memutar badannya, sekarang dia telentang menghadap Mimie yang masih duduk terpaku, “Sungguh… saya gak tau mbak” aku Jaka. Mimie memalingkan wajahnya, terlihat semu merah di pipi Mimie yang menambah manis rona wajahnya. “Itu lho… buat pasangan suami istri kalo mau melakukan hubungan…” jawab Mimie tersipu. “Hubungan…? hubungan apa…?” tanya Jaka dengan muka bloonnya. “Ahhh… mas Jaka ini lho… ya hubungan suami istri” jawab Mimie sembari mencubit lengan Jaka. “Bagi yang punya pasangan… kalo kayak aku gimana…? siapa pasanganku ya…?” kerling Jaka menantang Mimie. Mimie sendiri membuang mukanya, tetapi Jaka menangkap semu merah di wajah Mimie.
Mimie bangkit mengambil bakul yang tertinggal di ruang tamu, sekembalinya dia bertanya lagi kepada Jaka, “Jadi nggak… jamu Sehat Lelakinya mas?” tanyanya kepada Jaka. “Sini dulu dong…” jawab Jaka sembari tangannya mempersilahkan Mimie untuk duduk di sampingnya lagi. “Kalo aku jadi minum… terus bereaksi… buat membuktikannya gimana kalo jamu buatan mbak itu benar-benar berkhasiat” goda Jaka. “Ya sama pacarnya dong… maunya sama sapa?” pancing Mimie gantian. “Gimana kalo sama mbak aja… soalnya pacar yang mana juga bingung aku” tembak Jaka sekenanya. “Jangan ah… entar kedengeran sama tetangga lho” jawab Mimie tanpa nada penolakan. Kemudian Mimie mengambil botol dari bakul dan meracik ramuan Sehat Lelaki. Jaka bangkit dari tidurnya kemudian mendekati tempat Mimie duduk, dibelainya kepala gadis itu dengan lembut. “Jangan mas… genit ah… entar aku teriak lho” ancam Mimie jinak-jinak merpati. “Teriak aja… paling gak ada yang keluar… orang ujan-ujan begini… pada males orang keluar” tantang Ajak. Kemudian belaian Jaka turun ke pipi Mimie terus ke leher jenjangnya. “Masss… geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya” ancam Mimie. “Kamu cantik lho mbak… kok bodoh sekali ya bekas suamimu itu” rayu Jaka, “Soalnya janda itu kaya mas… sementara aku kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa” jawab Mimie sembari memberikan gelas berisi ramuan jamu kepada Jaka. “Nih… minum dulu ramuannya… ditanggung ces pleng…” jawab Mimie tanpa di sadari. “Hee… berarti mau dong ngebuktiin khasiatnya” tembak Jaka setelah meminum habis ramuan jamu tersebut. “Eh… ya nggak gitu… nyobanya gak sama aku” elak Mimie merasa di tembak Jaka. “Sekarang pijitin bagian depannya dong mbak, khan gak imbang kalo cuma belakangnya aja yang di garap” pinta Jaka. “Depannya minta di kerok sekalian mas?” tanya Mimie. “Nggak usah di kerok… pijitin aja” kata Jaka. cerita sex, cerita ngentot, cerita mesum dan cerita dewasa tante, sedarah, spg, daun muda, setengah baya, abg, remaja, pramugari, pembantu, bispak, mahasiswi, pelajar, lesbi
Pijitan Mimie di dada Jaka, kembali membuat pemberontakan adiknya di dalam sarung. Tangan kanan Jaka kembali meraba pipi halus Mimie, wanita itu terdiam. Kemudian Jaka menelusuri rabaan mulai turun ke leher Mimie, perlahan tapi pasti dibukanya kancing kebaya Mimie, Mimie menoleh ke samping, dadanya bergemuruh, dirasakan semua bulu kuduknya berdiri, sensasi ini telah lama ia rindukan, semenjak bercerai dengan suaminya setahun lalu, tidak ada tangan laki-laki lain yang menyentuh tubuh sintalnya. Jaka merasakan deru nafas Mimie yang mulai tidak teratur, dalam hati Jaka bersorak… kena lo sekarang…! Dirabanya bukit kembar satu persatu. Jaka tidak mau terburu-buru, diraba dengan bra yang masih terpasang. Rona wajah Mimie semakin nyata, “Masss… jaaangaannnn… mass… nanti dilihat orang” erang Mimie sembari memian gejolak dalam dirinya tanpa menepis tangan Jaka. Jaka tidak menjawab, perlahan di bukanya kebaya Mimie mulai dari pundak. Mimie mencoba untuk memian tangan Jaka, kemudian Jaka bangkit dari tidurannya, Mimie memiringkan wajahnya seolah takut berhadapan dengan wajah Jaka yang tinggal beberapa senti lagi darinya. Jaka meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan wajah Mimie tepat dihadapannya, kemudian Jaka mendekatkan bibirnya mengecup bibir Mimie, Wanita itu menolak, tetapi hanya sesaat, kedua tangan Jaka memegang pundak wanita itu dan dilanjutkannya mengecup bibirnya, bergetar bibir wanita itu dirasa menambah nafsu Jaka, perlahan dibukanya bibir itu dan dikulumnya lidah wanita itu, terlihat Mimie mulai menikmatinya sambil memejamkan mata. Kedua tangan Jaka menurunkan kebaya yang dipakai Mimie, tanpa perlawanan lagi. Sembari mereka saling berpagutan, dicarinya pengait bra di punggung wanita itu dan berhasil dibukanya, perlahan diturunkannya tali di atas pundaknya ke samping dan turun ke bawah. Jaka terhenyak tanpa melepaskan pagutannya, bukit kembar wanita itu masih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang, kemudian dirabanya kedua bukit itu disertai erangan kecil Mimie. “Masss… aku takuuutt…” erang Mimie. “Sssstttt… enggak pa pa kok… nikmatin aja ya sayang” ujar Jaka menenangkan wanita itu.
Kemudian Jaka mengambil tangan kiri Mimie yang kemudian diletakkannya di atas sarung tepat di senjata Jaka. “Mass… gak pake celana dalam ya…?” tanya Gmimie sembari mengelusnya dari luar sarung. Jaka hanya tersenyum, kemudian diapun berusaha untuk melepaskan kain yang masih dikenakan Mimie. Setelah kain terlepas… Jaka tidak dapat memian gelinya, “Kamu juga gak pake daleman ya…? tanya Jaka dengan geli.
“Memang rata-rata tukang jamu itu tidak memakai celana dalam mas” jawab Gmimie ketus, giliran Jaka yang kaget dan melongo… Gila!!! Perlahan ditatapnya wajah Mimie, perlahan tapi pasti tangan Jaka merenguh bahu wanita itu dan perlahan-lahan merebahkannya ke lantai. Jaka mulai meraba kedua bukit kembar Mimie, sementara wanita itu memalingkan wajahnya menghindar tatapan Jaka, di pegangnya tangan Jaka tetapi tidak bermaksud untuk melarang. Jaka memang pandai memanjakan wanita, walau dirasa tubuh wanita itu sedikit berbau ramuan jamu, tidak mengurangi nafsu Jaka untuk kemudian menjilatinya. Dimulai dari leher jenjang wanita itu, kemudian perlahan turun pada dua bukit kembar, kembali lidah Jaka menyelusuri gundukan bukit itu satu persatu yang diakhiri dengan sedotan diujung putingnya.
Terdengar erangan wanita seperti kepedesan, kedua tangannya telah beralih kerambut gondrong Ajak dengan sedikit jambakan. Lidah Jaka meneruskan gerilyanya, turun ke arah pusar Mimie, terlihat Mimie demikian menikmatinya, kegiatan yang tidak permi dilakukan suaminya dahulu, karena suaminya hanya memaksa bila ingin dipenuhi kebutuhan sahwatnya tanpa Mimie merasakan nikmatnya berhubungan insan berlainan jenis.
Tangan Jaka kembali meremas bukit kembar Mimie, sementara jilatan Jaka telah mendekati sasaran di sarang kenikmatan Mimie. Luar biasa… bulu kemaluan Mimie demikian lebatnya, menambah sensasi tersendiri buat Jaka. “Eh… masss… mau ngapaiiinn…? selidik Mimie di atas sana.
Jaka tidak menjawab, tangan kanannya berusaha menyingkap bulu lebat Mimie untuk menemukan kenikmatan gadis itu. “Jangan masss… kotooorrr… achhh…” erang Mimie memian gejolak yang untuk pertama kali dirasakan sensasi itu. Jaka hanya melirik ke atas, dilihatnya mata wanita itu terpejam kenikmatan. “Masss… ediaaannn… uenakeee… ssshhh… aaahhh… emmmhhh masss…” jerit tertahan Mimie sembari menjambak rambut Jaka. Lidah Jaka menemukan klitoris Indah, dijilat, dipluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Mimie kelojotan.
“Masss… gak kuaaat… mauuu pipp pisss…” teriak Mimie sambil berusaha menyingkirkan kepala Jaka dari kemaluannya. Jaka menolak dan semakin kuat membenamkan wajahnya kedalam kemaluan Mimie. filmbokepejpang.com Tak lama kemudian Jaka merasa kalau kepalanya sedikit sakit akibat jepitan paha Mimie, tetapi di tahannya, karena Jaka tahu bahwa wanita ini mengalami orgasme yang teramat hebat dan dahsyatnya. “Achhh… emmmhhh… masss…sss…sss acchhh…” jerit tertahan Indah mengiringi orgasme yang baru sekali ini dialaminya, seolah copot semua persendian di tubuhnya. Sensasi apa ini, yang tak mampu dicapai oleh pikirannya, karena tidak permi di dapat dari mantan suaminya dulu. Mimie terkapar kelelahan,
Jaka memeluknya, dielusnya rambut dan pipi Mimie, sementara Mimie kehabisan nafas, seakan habis puluhan kilometer dia lari…
“Gimana rasanya mbak?” tanya Jaka beberapa saat kemudian setelah Mimie terlihat telah dapat mengatur nafasnya. “Masss… tadi itu rasanya seperti apa ya…? tanya Mimie kebingungan disela nafas yang masih tersengal. “Sssst… sudah tak usah diungkapkan… pokoknya dirasain aja ya…” jawab Jaka menenangkan Mimie. Beberapa saat kemudian Mimie telah normal kembali pernafasannya dan bangkit duduk di samping Jaka. “Kok mas gak jijik sih nyiumin pepekku” tanya Mimie yang membahasakan kemaluannya dengan pepek. Jaka tidak menjawab, malah dia bertanya pada Mimie “Mimie bener… belum permi merasakan seperti tadi ya?” “Bener mas, soalnya suami Mimie itu Peltu” jawab Mimie. “Peltu??? emangnya suami Mimie itu aparat?” goda Jaka. “Bukan… nempel metu…” jawab Mimie tersipu. “Ha… ha… ha…” tawa renyah Jaka. Mimie sudah tidak malu-malu lagi, perlahan tangan kanannya meraih senjata Jaka yang masih tegak berdiri, “Mas… punyanya kok panjang begini ya” tanya Mimie sembari mengelus senjata Jaka. Jaka tersenyum, diberinya ruang untuk Mimie dapat sepenuhnya menikmati senjata Jaka.
Kemudian perlahan dan agak ragu, Mimie mendekati senjata Jaka ke wajahnya, matanya melirik Jaka seakan meminta persetujuan Jaka, Jaka tersenyum dan mengangguk. Dengan tidak buru-buru, dimasukkannya kepala senjata Jaka ke dalam mulut Mimie, Jaka terpejam merasakan sensasi bibir Mimie sembari mengelus rambut wanita itu, luar biasa… katanya tidak mempunyai pengalaman,
tetapi dalam urusan sedot-menyedot… rupanya Mimie juga jagonya, bathin Jaka, mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah berjalan secara naluri.
Jaka masih bermain dengan pikirannya, sementara Mimie mengulum senjatanya. Sosok Mimie di mata Jaka seolah tidak bedanya dengan cewek-cewek kencannya, tetapi Mimie mempunyai nilai plus. Di samping Mimie hanya seorang tukang jamu, tetapi dalam merawat tubuh tidaklah kalah dengan cewek kuliahan, Kulit Mimie putih bersih dengan bulu-bulu halus di sekujut tubuhnya, ketiak yang tidak dicukur tetapi rapi memberi kesan tidak jorok, sementara bulu kemaluan yang lebat sampai ke belakang. Jaka terhenyak melihat Mimie terbangun dari kulumannya di senjata Jaka. “Kenapa mbak?” tanya Ajak, “Pegel mas mulutku, habis gede banget sih senjatanya” senyum Mimie malu-malu. “Oke, sekarang mbak tiduran, aku masukin ya senjataku ke pepek embak” kata Jaka. Tanpa perlu menjawab, Mimie merebahkan tubuhnya memasang posisi, kemudian Jaka mulai menusukkan senjatanya kedalam kenikmatan Mimie.
“Auuu… pelan-pelan ya masss… masukinnya… maklum dah lama gak di pake?” meringis Mimie merasakan moncong senjata Jaka memasuki lubang pepeknya. Setelah di rasa cukup masuk dan menyesuaikan di dalam lobang kenikmatan Mimie, mulailah Jaka memaju-mundurkan senjatanya.
“Ssshhh… enaaak masss… terusss… yang dalammm masss…”erang Mimie keenakan. Jaka mulai berkeringat, walau udara di kamar sebetulnya cukup dingin, mungkin karena jamu yang diminum tadi sudah bereaksi. “Gila nih lobangnya mbak… adikku kamu jepit pake apa sih mbak” kata Jaka disela aktifitasnya memaju mundurkan senjatanya, “Ah… mas Jaka ini lho.. sempet-sempetnya bercanda… enggak kok mas… barangku enggak ada alatnya… cuman bisa njepit aja” bangga Mimie. “Ini yang dinamakan orang ‘Empot Ayam’ ramuan Madura… khan ada jamunya juga mbak” kata Jaka. “Iya mas… aku rajin minum juga… cuman gak tau namanya apa… soalnya itu jamu warisan nenekku yang memang masih ada keturunan Madura…” jawab Mimie sembari merasakan sensasi kembali.
“Accchhh… masss… aku moo pippiisss lagiii… aahhh…” untuk kedua kalinya Mimie melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasme nya yang kedua. Dijepitnya pinggang Jaka… dipeluknya dada Jaka, seolah mau melumat tubuh kurus Jaka, Jaka sedikit meringis merasakan jepitan kaki Mimie dan pelukan tangan Mimie di tubuhnya, tetapi Jaka mengerti akan kenikmatan Mimie, maka dibiarkannya wanita itu menjepit tubuhnya. Setelah beberapa saat Jaka memberi waktu untuk Mimie mengembalikan nafas liarnya, ia berinisiatif untuk merubah gaya, disuruhnya Mimie untuk nungging membelakanginya, Jaka melakukan dogy style. Inipun sensasi lain yang dirasakan Mimie, baru dengan Jaka ini ia merasakan indahnya persetubuhan.
Jaka pun merasakan sensasi lain dari jepitan lubang Mimie, dengan posisi ini, lubang kemaluan Mimie semakin dirasakan sempit, sedikit mengalami kesulitan bagi Jaka untuk memaju-mundurkan senjatanya, walau lubang Mimie sudah sedemikian basahnya akibat orgasme Mimie tadi. Tangan Jaka memegang pinggul Mimie, sedangkan Mimie memeluk bantal sembari mengerang kenikmatan, “tusuk yang dalammm… masss… ssshhh…. Akhirnya Jaka memacu semakin cepat dengan tujuan untuk mencapai puncak kenikmatan bersamaan, kali ini. “Masss… pippiiisss… lagi nihhh akuuu…” desak Mimie, “sabar sayang… mas juga mau keluar nihhh… ayuuukkk… aaahhh… Naaahhh” lenguh Jaka. demikian juga Mimie yang semakin liar memeluk serta menggigit sarung Ajak, “aaacchh… emmmhhh… enghhh… masss…”
Keduanya terkapar di kasur dengan deru nafas yang saling berlomba, Mimie memeluk Jaka, Jaka membelai rambut lurus Mimie. Mereka saling mendekap, berpagutan, disela deru nafas mereka berdua, hujan deras di luar. Tetapi di dalam kamar telah terjadi kehangatan yang dahsyat. “Mbak, gimana rasannya dengan gaya kayak barusan tadi?” tanya Jaka memulai pembicaraan. “Sungguh mas, baru kali ini saya merasakannya dan ternyata luar biasa, seperti pengen mengulang terus dan terus” jawab lugu Mimie. “ha… ha… ha… kayak iklan aja nih…” gelak Jaka. “Kalo mas Jaka udah berapa cewek yang mas Jaka puasin?” selidik Mimie sembari memainkan puting susu Jaka, “Hemm… berapa ya…” jawab Jaka seolah berpikir, “tau ah… saking banyaknya”. “dasar laki-laki buaya” geram Mimie sembari mencubit dada Jaka. “Trus… kebanyakan cewek-cewek itu juga puas mas…?” tanya Mimie sedikit cemburu, “seperti jawabanmu bila kamu di tanya sama orang, pasti jawabannya… Luar Biasaaa…” jawab Jaka geli sembari mencubit mesra hidung Mimie. “Mas Jaka gak punya cewek yang diseriusin ya?” kejar Mimie lagi, “mana ada yang bisa serius dengan aku… kebanyakan cewek yang deket sama aku juga paling-paling minta dipuasin nafsunya” elak Jaka. “Nakal ya mas Jaka ini…” gemes Mimie sembari mencubit senjata Jaka. “Ha… ha… ha… memang itu yang mereka inginkan.. kebanyakan mereka nggak kangen sama aku,,, tetapi kangen sama burungku… ha.. ha… ha… canda Jaka sambil terkekeh renyah. “tapi suatu saat nanti… pasti lah aku cari pendamping yang setia… mungkin seperti kamu mbak… selain manis, putih, pintar memijit dan piawai dibidang jepit-menjepit…” aku Jaka sembari memeluk dan mengelitik payudara Mimie. “Gombal…” jawab Mimie sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan kelitikan Jaka yang sengaja menyenggol payudaranya.
“Mas… aku ke kamar mandi dulu ya, lengket rasa sekujur tubuh nih… pinjam handuknya boleh mas? tanya Mimie sembari bangkit menuju kamar mandi, “Tuh di depan kamar mandi… handukku warna merah” jawab Jaka. Memang diakui Jaka bahwa jamu ramuan mbak Mimie memang terbukti khasiatnya, Jaka merasa cairan yang dikeluarkannya begitu banyak dan kental, serta pegal-pegal di badannya seketika hilang tak dirasa. Entah membayangkan sensasi apa yang ada dalam tubuh Mimie, Jaka merasa senjatanya bangkit berdiri kembali, gila nih jamu… dah minta jatah lagi adik gua. Jaka bangkit dari tidurannya dihampirinya Mimie yang sedang berada di kamar mandi, “lho… kok gak ditutup pintunya mbak?” tanya Ajak geli dan melihat Mimie sedang jongkok mengguyur air di sekujur tubuh mulusnya. “Katanya gak ada orang… makanya gak aku tutup pintunya, lho… kok sudah mengacung lagi mas senjatanya?” goda Mimie sembari melihat kemaluan Jaka yang tegak berdiri. “Iya nih… tanggung jawab lho mbak… gara-gara jamunya nih… adikku minta jatah lagi” protes Jaka. “Aduh kacian… sini-sini mbak angetin…” bujuk Mimie sembari meraih kemaluan Jaka dan segera dikulumnya.
“Ahhh… sssttt… enak mbak” lenguh Jaka sembari mengelus rambut Mimie, slruuup… slruup… ck..ck..ck.. bunyi mulut Mimie terganjal kemaluan Jaka.
Setelah beberapa saat dirasa cukup oleh Jaka, dipegangnya pundak Mimie, dibimbingnya Mimie untuk berdiri, kemudian diputarnya tubuh Mimie membelakanginya, dengan tubuh basah Mimie, Jaka memeluk Mimie dari belakang. Dicumbunya leher wanita itu dan dijilatnya rambut kalong Mimie, sementara kedua tangannya menyusup dari bawah ketiak Mimie dan menuju kedua bukit kembar Mimie. Mimie merasa tersanjung, diangkatnya kedua tangannya dan dipegangnya kepala Jaka sembari melenguh kegelian “Masss… ennaaakk… ssshhh… geliii masss…” Puting susu Mimie mengencang, mengeras disela jemari Jaka. Dia memang lelaki hebat yang bisa memanjakan wanita kagum hati Mimie serasa melambung ke langit ke tujuh belas… “Mbak… coba membungkuk sedikit… pegangan di bibir bak mandi… kakinya direnggangkan sedikit ya sayang” pinta Jaka yang dituruti Mimie dengan sedikit bingung. Kemudian Jaka jongkok di belakang Mimie, kedua tangan Jaka meraba pantat Mimie dan membelahnya layaknya membelah durian tetapi perlahan dengan perasaan.
Kemudian Mimie menjerit kecil, setelah dirasa ada benda basah tetapi hangat menyentuh lubang duburnya, ditengoknya kebelakang, ternyata Jaka sedang bermain lidah di lubang duburnya. Mimie kaget, tetapi menikmati sensasi lain yang tak kalah luar biasanya, Mimie merasa geli yang tidak tertahan tetapi nikmat, dengan tidak sengaja Mimie menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan karena kegelian. Ceplak… cepluk… bunyi lidah Jaka menjilati lubang dubur Mimie yang diselingi turun ke arah lubang kenikmatan Mimie yang sudah terlanjur banjir. Tanpa di sadari Jaka, tangan kanan Mimie berpindah ke selangkangannya sendiri, dipijitnya klitoris Mimie sendiri. “Masss… enaakk… masss… emmmhhh… ” erang Mimie sembari menggigit bibir. Kemudian Jaka bangkit berdiri, diciumnya bibir Mimie dari samping sembari berkata “Enak mbak… emmmhhh…”, “Enaakkk masss… jawab Mimie malas. Kemudian Jaka kembali ke belakang Mimie,
perlahan tapi pasti dimasukkannya kemaluan Jaka ke lobang kenikmatan Mimie. “Ssshhh… masss… yang dalaaamm yahhh…” rintih Mimie masih dengan posisi setengah terbungkuk. Plok… plok… plok… bunyi suara maju mundur Jaka memompa yang mengenai pantat Mimie membuat suasana menjadi semakin panas., sekarang dengan bercampurnya lend*r kenikmatan Mimie dan air dari bak mandi, dirasa Jaka tidak begitu sulit seperti tadi di kamar tidur.
Hujan di luar kosan masih deras… sehingga erangan Mimie tidak begitu terdengar, kalah dengan derasnya hujan yang turun di atas kamar mandi yg tertutup seng. Irama jatuhnya hujan di atas seng, teriakan nikmat Mimie semakin menambah irama Jaka dalam memacu tusukan senjatanya pada lubang kenikmatan Mimie, Mimie semakin liar bergoyang, ke kiri ke kanan, ke atas bawah, kadang membuat gerakan memutar seolah memeras kejantanan Jaka.
“Masss… Mimiehh nyampeee lagiii masss… ssshhh… aaahhh” lenguh Mimie mencapai klimaksnya. Jaka menarik erat pinggul Mimie, didorongkannya kemaluan Jaka ke dasar lubang Mimie semakin dalam sembari ditahan di dalamnya sembari dirasakan beberapa kedutan liang kenikmatan Mimie yang berkontrasi meluapkan gairah orgasmenya, benar-benar empot ayam nih cewek… sorak hati Jaka, Mimie KO keempat kalinya.
Dicabutnya batang kemaluan Jaka, dan sekarang posisi bergantian. Jaka duduk di tepi bak mandi, sementara Mimie jongkok di hadapan Jaka. Kemudian Mimie memasukkan kemaluan Jaka ke dalam mulutnya,
mengulumnya dan memaju-mundurkan batang kemaluan Jaka. Mimie marasa kondisi Jaka tak lama lagi mendekati klimaks, Mimie mau memberi service dengan tetap mengulum kemaluan Jaka serta membiarkan Jaka mengeluarkan orgasmenya didalam mulutnya, dan “achhh… ssstttt… mmmbaaakhh… aagghhh… aku keluaaarrr…” dengus Jaka mencapai puncak, sembari memegang kepala Mimie serta mengacak-acak rambutnya, senjata Jaka tetap di dalam mulut Mimie, hingga tetes mani terakhir dan langsung ditelannya. Sensasi luar biasa dirasakan Jaka sembari melihat bagaimana Mimie mengulum penisnya seperti seorang anak kecil mendapat sepojakg es krim kesukaannya. Setelah beberapa saat, di sela nafas yang muali teratur, Jaka bertanya kepada Mimie “Enak mbak…?”, “he-eh… asin tapi gurih mas…” senyum Mimie puas sembari membersihkan sisa sisa lend*r dengan lidahnya di sekitar batang kemaluan Jaka dan menelannya.
“Baru ini pula aku merasakan sperma laki-laki, ternyata gurih ya mas ya…” pengakuan Mimie sembari terus mengelus dan memijit batang kemaluan Jaka. Setelah selesai keduanya membasahkan tubuh masing, saling menggosok, meraba dan membersihkan cairan sabunnya.
Keluar dari kamar mandi, Mimie menuju meja rias di dalam kamar Jaka, sementara Jaka berjalan ke dapur guna memasak air untuk membuat teh manis hangat. Sesekali diliriknya Mimie dari dapur ke dalam kamar, Mimie duduk membelakangi Jaka sembari mengeringkan rambut dengan handuk tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Melihat pemandangan itu, Jaka terpana dari tempatnya membuat teh, gila perfect banget tuh body batin hatinya, orang gak akan nyangka bahwa tukang jamu memiliki body yang aduhai, apalagi barangnya… bisa memijit pula… mungkin karena setiap hari berjalan dan membawa beban di punggung, yang tanpa disadari sudah merupakan olah raga sex… masih dalam pikiran Jaka melihat pemandangan Mimie dari belakang.
“Mbak… nih teh hangatnya… aku cuman bikin satu buat kita berdua ya… biar tambah mesra… bukannya pelit lho” canda Jaka sembari membawa teh hangat yang diletakkan di atas meja rias. Jaka meraih kursi dan duduk di sebelah meja rias yang sedang dipakai Mimie untuk mengeringkan rambut, dipandanginya Mimie dari sisinya duduk. “Ah… mas… kok ngeliatin Mimie terus sih… Mimie kan malu…” celoteh Mimie manja sembari mencubit pipi Jaka. Jaka hanya tersenyum dan mendekati bibir wanita itu serta mengecupnya dengan mesra. Ketika Mimie menyisir rambutnya, otomatis siku tangannya terangkat ke atas dan memperlihatkan ketiak Mimie yang ditumbuhi bulu tetapi tidak lebat sehingga tidak memberi kesan jorok. Jaka meraih ketiak Mimie, dielusnya bulu-bulunya, “gak permi dicukur ya mbak”. “Mana sempet mas… gak ada waktu ngurusin diri” bela Mimie.
Jaka kembali memperhatikan Mimie menyisir rambutnya, begitu pandangan Jaka ke bawah, dilihatnya payudara Indah bergoyang ke kiri kanan, menambah pemandangan menjadi panas kembali. “Mbak… adikku bangkit lagi nih…” bisik Jaka sembari memberi kode liwat tatapannya ke arah kemaluannya. “Ihhhh… tuh kan… baru percaya sama ramuan jamuku…” gemas Mimie sembari mencubit dan mengelus kemaluan Jaka. “Gimana kalo mau minta jatah lagi” harap Jaka, “Aduh… khan udah mandi mas, lagian aku capek banget nih sampe berasa copot semua tulangku mas” elak Mimie. Tetapi Mimie bangkit dan berjongkok di depan Jaka, “Ya deh… ini tanggung jawabku… aku kulum lagi aja ya mas… kasian klo gak bisa tersalur” jawab Mimie memberi solusi.
Jaka hanya tersenyum sembari melihat lagi Mimie mengulum kemaluannya, dielusnya rambut Mimie. Mimie memang cepat bisa, sedotannya membuat Jaka tidak dapat bertahan lama, dan memang ini yang dimaui Jaka, karena ia berpikir bila hanya dia yang bermain tidaklah terlalu nyaman. “Mbak… achhh…” jerit Jaka mengiringi orgasmenya kali ini yang seperti tadi langsung ditelan habis Mimie.
“Kok cepet keluarnya sekarang mas?” tanya Mimie tersenyum. “Sengaja, habis klo main sendiri gak enak lah rasanya, makanya aku kosentrasi supaya cepet keluar” bela Jaka. “He… he… he… khan masih ada besok lagi mas…” kata Mimie sembari membersihkan kemaluan Jaka dengan tisu yang berada di atas meja tersebut, sembari mencium mesra pipi Jaka.
“Udah… tidur sini aja mbak, aku kelonin deh” rayu Jaka melihat Mimie mulai memakai bra kain dan kebayanya setelah dia membersihkan diri di kamar mandi sekali lagi. “Endak ah mas… gak enak sama teman kos saya” jawab Mimie mengelak ajakan Jaka. “Tapi besok… kalo saya kangen sama mas.. boleh ya saya main ke sini…” pinta Mimie memelas, “Oke aja… kalo pas saya ada di kosan, biasanya sih suka keluyuran” jawab Jaka seenaknya. “Sekarang saya tinggalin lagi jamunya ya mas, siapa tau ada yang butuh kehangatan mas Jaka lagi he… he… he…” canda Mimie setelah dia selesai memakai semua pakaiannya sembari mengangkat bakul berisi jamunya. “Berapa semuanya mbak…?” tanya Jaka sembari membuka dompet untuk membayarnya. “Sudah mas… saya kasih gratis… soalnya saya sudah dapat kepuasan yang selama ini gak saya dapetin” tolak Mimie halus, “Yang bener nih mbak… mosok dah disuruh ngerokin sama ngelonin… kok gak mau di kasih uang sih?” protes Jaka. “Alaaahh… saya tau kjakag Mahasiswa… paling juga recehan doang isinya… ha… becanda lho mas… serius kok mas… aku yang terima kasih… mas Jaka bisa mengerti perasaan wanita, salam aja ya mas buat temen kencan mas yang lain” goda Mimie sembari pamitan keluar kamar. “Eh… sebentar mbak!” seru Jaka setelah memakai kain sarungnya kembali, Mimie berhenti, kemudian Jaka mendekati Mimie memeluk wanita itu dan memberi kecupan lembut di bibir Mimie sembari menyelipkan sejumlah uang ke dalam bra Mimie dan berkata “Sekali ini jangan menolak ya mbak… saya bersalah jika tidak memberi ini mohon jangan anggap sebagai imbalan jasa… tetapi rasa sayang saya dan sebagai rasa terima kasih buat embak”. Mimie terpaku dan menatap Jaka, tak dinyananya bahwa lelaki ini selain ganteng, pemberi kepuasan dan baik hati terhadap wanita, ah… seandainya…. Mimie tidak mampu melanjutkan impiannya yang dianggap mustahil bagi dirinya, tak terasa menetes air mata harunya. Jaka mengusap air mata Mimie dan mengecup kening Mimie, “Sudah ya sayang… gak usah nangis… semoga besok kita bisa lebih panas lagi” goda Jaka menghibur Mimie. “Ma kasih ya mas” pamit Mimie meninggalkan kos-kosan Jaka.
Jaka terpaku melepas kepergian Mimie, hujan baru saja berhenti, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, gila dari jam lima sore tadi kita berdua main bathin Jaka. Tetapi Jaka merasa klo tubuhnya dalam kondisi puncak, dahsyat sekali ramuan mbak jamu tadi ya pikir Jaka, besok kalau bertemu, aku akan minta lagi ah, pikir Jaka sembari menutup pintu kos-kosan dan kembali ke kamarnya untuk tidur. ,,,,,,,,,,,,,,,,,